Anak laki-laki itu…
Entah siapa namanya, tinggal dimana, yang pasti bagiku dia hm, “little amazing”..
Kalo liat perawakannya, kira-kira usianya 14 atau 15 tahun, agak gemuk, dengan mata yang kurang simetris. Intinya, tidak banyak yang menarik dari penampilannya. Biasanya jika kasusnya sudah begini, sekali pandang, orang-orang akan memalingkan muka…tak peduli.
Tapi tidak dengan anak laki-laki ini…, hm…sudah kubilangkan dia “little amazing”…?, hehe.
Yah..dia selalu mencuri perhatian, bahkan dari orang-orang yang tidak mengenalnya atau dikenalnya. Sebagai contohnya..ya aku . Hm, bagaimana bisa ?? nah ini dia hebatnya.
Aku tinggal di sebuah petak kamar kos didaerah yang padat, bahkan bisa dibilang sangat padat. Kebanyakan penduduk daerahnya adalah mahasiswa dan keluarga-keluarga kecil. Yah wajarlah, karena daerah ini memang terbilang cukup dekat dari beberapa kampus besar di Makassar. Intinya daerah ini adalah “zona mahasiswa” alias daerah kos besar-besaran, hehe. Jarang ada “rumah utuh” tanpa satu atau dua kamar, atau bahkan sepuluh kamar disewakan sekaligus untuk tempat tinggal “sementara” mahasiswa. Dan akibatnya, hampir semua “rumah” juga memiliki kios alias tempat jualan, entah itu jualan makanan, lauk pauk, lauknya saja, pauknya saja (hehe, memang beda?), sampai jualan sayuran dan ikan. Antara penjual yang satu sama yang lain paling-paling jaranknya hanya satu rumah, malah ada yang ga berjarak sama sekali alias semua rumah yang sederetan dengannya jualan semua.hehehe.
Tapi Meski tinggal didaerah yang padat, penduduknya ga selalu saling peduli satu sama lain. Mungkin karena kebanyakan mahasiswa jadi semuanya cukup sibuk dengan kuliah dan urusan masing-masing. Waktu tinggal di rumah biasanya hanya untuk istrahat saja.
Eh, balik lagi ya kecerita utama…
Apa yang membuat si anak laki-laki ini jadi sedikit mengagumkan. Nah, kebetulan tidak terlalu jauh dari kos-anku ada sebuah masjid, tapi lagi-lagi masjid itu kelihatnanya hanya rame pas ramadhan saja.
Nah…nah si anak laki-laki ini, selalu menjadi orang paling “awal” kemesjid. Tapi tidak hanya itu, sepanjang jalan menuju mesjid, dia selalu menyempatkan diri mengajak setiap orang yang dilihatnya ke mesjid, ga peduli usia orang yang diajaknya. Mulai dari anak kecil, sebayanya, anak-anak mahasiswa, bapak-bapak, bahkan orang tua yang jauh banget beda usianya. “shalat yo’ kak…!!”, atau “ kak, kemesjid yo’!”, begitu katanya. Ajakan dengan kalimat-kalimat sederhana, santai, tapi sarat pesan. Dan yang paling bikinku angkat jempol karena dia istimrar dengan itu, alias ga hanya sekali dua kali saja dilakuinnya, tapi tiap jam shalat…khususnya magrib. Terus-menerus.
Dan jangan pikir…semua orang punya pandangan positif sama sikap si anak. Ga kehitung yang mikir anak ini sok alim-lah, sok dewasa, sok ngajarin atau pikiran negative lainnya. Tidak jarang juga, ketika ngajak malah dibalas ledekan dan ketawa massal dari orang-orang. Tapi seperti kata pepatah, “anjing bergongong, kafilah berlalu”, anak ini tetap pada kebiasaannya…ngajakin orang shalat. Tiap hari..tiap waktu.
Mm..Mungkin setelah dengar cerita ini, bagi anda “si anak laki-laki” itu masihlah biasa saja…tak ada yang istimewa. Tapi pernahkah anda pikir, bahwa jika anda…apakah mau ngajakin orang-orang yang tidak anda kenal untuk shalat?, Menyapa mereka yang masih asyik nongkrong saat azan magrib, sedang anda terpaut usia yang jauh?, maukah anda melakukannya tiap hari..tiap waktu shalat, tanpa capek atau malu karena sering diejek sok alim?, hm…saya yakin anda masih berfikir untuk menjawabnya. Klopun ada yang menjawab “saya bisa seperti itu”...mungkin hanya terhitung jari yang bisa mempraktekkannya. Selalu hanya suara lantang, tanpa perbuatan.
Mungkin anak laki-laki itu tak pernah merasa istimewa, mengagumkan.
Juga mungkin orang yang senantiasa diajak sang anak untuk “shalat”, tak banyak yang merasa tersentuh atau sadar…
mungkin ajakannya tidak membuat semua orang berubah..sebagian wajah dunia, sedikitnya daerahku berubah.
Tapi, saya yakin ada satu, dua, tiga orang yang terenyuh karena ajakannya…dan itu sudah lebih dari cukup untuknya, karena tanpa dia tau, Tuhan menyiapkan buku tabungan untuknya.
Dan kita…apakah kita tidak malu??, hanya bisa berkoar-koar…hanya bisa berceramah di atas mimbar, jauh lebih tua, lebih bisa berfikir untuk melakukan hal serupa dengannya. Jika tidak sama…tak apa, cukup mengajak diri sendiri untuk trus “menghidupkan shalat”.
Semangat!!.
Entah siapa namanya, tinggal dimana, yang pasti bagiku dia hm, “little amazing”..
Kalo liat perawakannya, kira-kira usianya 14 atau 15 tahun, agak gemuk, dengan mata yang kurang simetris. Intinya, tidak banyak yang menarik dari penampilannya. Biasanya jika kasusnya sudah begini, sekali pandang, orang-orang akan memalingkan muka…tak peduli.
Tapi tidak dengan anak laki-laki ini…, hm…sudah kubilangkan dia “little amazing”…?, hehe.
Yah..dia selalu mencuri perhatian, bahkan dari orang-orang yang tidak mengenalnya atau dikenalnya. Sebagai contohnya..ya aku . Hm, bagaimana bisa ?? nah ini dia hebatnya.
Aku tinggal di sebuah petak kamar kos didaerah yang padat, bahkan bisa dibilang sangat padat. Kebanyakan penduduk daerahnya adalah mahasiswa dan keluarga-keluarga kecil. Yah wajarlah, karena daerah ini memang terbilang cukup dekat dari beberapa kampus besar di Makassar. Intinya daerah ini adalah “zona mahasiswa” alias daerah kos besar-besaran, hehe. Jarang ada “rumah utuh” tanpa satu atau dua kamar, atau bahkan sepuluh kamar disewakan sekaligus untuk tempat tinggal “sementara” mahasiswa. Dan akibatnya, hampir semua “rumah” juga memiliki kios alias tempat jualan, entah itu jualan makanan, lauk pauk, lauknya saja, pauknya saja (hehe, memang beda?), sampai jualan sayuran dan ikan. Antara penjual yang satu sama yang lain paling-paling jaranknya hanya satu rumah, malah ada yang ga berjarak sama sekali alias semua rumah yang sederetan dengannya jualan semua.hehehe.
Tapi Meski tinggal didaerah yang padat, penduduknya ga selalu saling peduli satu sama lain. Mungkin karena kebanyakan mahasiswa jadi semuanya cukup sibuk dengan kuliah dan urusan masing-masing. Waktu tinggal di rumah biasanya hanya untuk istrahat saja.
Eh, balik lagi ya kecerita utama…
Apa yang membuat si anak laki-laki ini jadi sedikit mengagumkan. Nah, kebetulan tidak terlalu jauh dari kos-anku ada sebuah masjid, tapi lagi-lagi masjid itu kelihatnanya hanya rame pas ramadhan saja.
Nah…nah si anak laki-laki ini, selalu menjadi orang paling “awal” kemesjid. Tapi tidak hanya itu, sepanjang jalan menuju mesjid, dia selalu menyempatkan diri mengajak setiap orang yang dilihatnya ke mesjid, ga peduli usia orang yang diajaknya. Mulai dari anak kecil, sebayanya, anak-anak mahasiswa, bapak-bapak, bahkan orang tua yang jauh banget beda usianya. “shalat yo’ kak…!!”, atau “ kak, kemesjid yo’!”, begitu katanya. Ajakan dengan kalimat-kalimat sederhana, santai, tapi sarat pesan. Dan yang paling bikinku angkat jempol karena dia istimrar dengan itu, alias ga hanya sekali dua kali saja dilakuinnya, tapi tiap jam shalat…khususnya magrib. Terus-menerus.
Dan jangan pikir…semua orang punya pandangan positif sama sikap si anak. Ga kehitung yang mikir anak ini sok alim-lah, sok dewasa, sok ngajarin atau pikiran negative lainnya. Tidak jarang juga, ketika ngajak malah dibalas ledekan dan ketawa massal dari orang-orang. Tapi seperti kata pepatah, “anjing bergongong, kafilah berlalu”, anak ini tetap pada kebiasaannya…ngajakin orang shalat. Tiap hari..tiap waktu.
Mm..Mungkin setelah dengar cerita ini, bagi anda “si anak laki-laki” itu masihlah biasa saja…tak ada yang istimewa. Tapi pernahkah anda pikir, bahwa jika anda…apakah mau ngajakin orang-orang yang tidak anda kenal untuk shalat?, Menyapa mereka yang masih asyik nongkrong saat azan magrib, sedang anda terpaut usia yang jauh?, maukah anda melakukannya tiap hari..tiap waktu shalat, tanpa capek atau malu karena sering diejek sok alim?, hm…saya yakin anda masih berfikir untuk menjawabnya. Klopun ada yang menjawab “saya bisa seperti itu”...mungkin hanya terhitung jari yang bisa mempraktekkannya. Selalu hanya suara lantang, tanpa perbuatan.
Mungkin anak laki-laki itu tak pernah merasa istimewa, mengagumkan.
Juga mungkin orang yang senantiasa diajak sang anak untuk “shalat”, tak banyak yang merasa tersentuh atau sadar…
mungkin ajakannya tidak membuat semua orang berubah..sebagian wajah dunia, sedikitnya daerahku berubah.
Tapi, saya yakin ada satu, dua, tiga orang yang terenyuh karena ajakannya…dan itu sudah lebih dari cukup untuknya, karena tanpa dia tau, Tuhan menyiapkan buku tabungan untuknya.
Dan kita…apakah kita tidak malu??, hanya bisa berkoar-koar…hanya bisa berceramah di atas mimbar, jauh lebih tua, lebih bisa berfikir untuk melakukan hal serupa dengannya. Jika tidak sama…tak apa, cukup mengajak diri sendiri untuk trus “menghidupkan shalat”.
Semangat!!.