As-Sunnah atau hadis Nabi saw. merupakan penafsiran Al-Qur’an, baik dari hal-hal yang bersifat teoritis ataupun penerapannya secara praktis., hal ini mengingat bahwa pribadi Nabi saw. merupakan perwujudan dari Al-Qur’an yang ditafsirkan untuk manusia, serta ajaran Islam yang dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, siapa saja yang ingin mengetahui tentang manhaj (metodologi) praktis Islam dengan segala karakteristik dan pokok-pokok ajarannya, maka hal itu dapat dipelajari secara rinci dan teraktualisasikan dalam sunnah Nabawiyah. (Sumb.1)
Hadis atau “sunnah” adalah segala sesuatu yang dinisbatkan kepada Nabi saw. baik berupa perkataan (qaul), perbuatan (fi’lun), ketetapan (taqrir) atau sifat khuluqiyyah (akhlak Nabi) dan khalqiyyah (sifat ciptaan atau bentuk tubuh Nabi). (Sumb.2)
Meskipun, hadis menduduki fungsi sebagai bayan (penjelas) bagi Al-Qur’an, akan tetapi dalam memahami sabda Nabi saw. relatif tidaklah mudah. Dibidang hadis, para muhadditsi>n telah merumuskan beberapa macam metode kajian hadis dalam upayanya membumikan pesan Tuhan lewat pernyataan verbal, aktifitas, dan taqrir Nabi saw.. Disamping itu, para ulama hadis juga mengenalkan berbagai teknik interpretasi dan model pendekatan dalam memahami hadis Nabi saw.. (Sumb.3)
Jika dilihat sekilas, maka kata “metode”, “teknik interpretasi” dan “pendekatan” ketika dikaitkan dengan pemahaman hadis, memiliki makna yang sama, yaitu cara atau langkah. Meski demikian, kita harus dapat membedakan tiga hal tersebut.
Dalam Memahami hadis Nabi saw. , metode diartikan sebagai cara menguraikan dan menjelaskan hadis, berikut langkah-langkahnya secara keseluruhan, dari awal hingga akhir. Dalam langkah-langkah tersebut, kita menggunakan teknik interpretasi, yaitu cara kita dalam menafsirkan dan memahami teks hadis. Selanjutnya, ketika kita menafsirkan teks hadis, kita perlu melihat teks tersebut dari berbagai aspek dan kerangka pikir, inilah yang dinamakan pendekatan.
Nabi Muhammad saw. diutus oleh Allah swt. untuk seluruh umat manusia dan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Hal ini berarti ajaran Nabi saw. yang termaktub dalam hadis mencakup segala tempat dan waktu. Disisi lain, tidak dapat dipungkiri bahwa Nabi saw. hidup pada tempat dan waktu tertentu. Maka dari itu, diantara hadis Hadis Nabi saw. ada yang sifatnya universal dan ada yang bersifat temporal dan local.
Segi-segi yang berkaitan dengan diri Nabi dan kondisi yang melatarbelakangi dan menyebabkan terjadinya hadis juga mempunyai kedudukan penting dalam memahami hadis Nabi saw.. Sebab itu, ada hadis yang lebih tepat dipahami secara tekstual dan ada yang lebih tepat jika dipahami secara kontekstual dengan menggunakan berbagai pendekatan disiplin ilmu pengetahuan, terutama ilmu social seperti, sosiologi, antropologi, psikologi dan sejarah. (Sumb.4)
Karena hadis Nabi saw. mengandung petunjuk yang bermacam-macam, maka kita dapat menerapkan berbagai metode, teknik interpretasi, dan model pendekatan yang beraneka ragam untuk dapat memahami hadis Nabi saw. dengan benar. Dibawah ini penulis mencoba memaparkan beberapa metode, teknik interpretasi dan pendekatan yang dimaksud.
----------------------------------------------
Sumber :
1. Yusuf Qardhawi, Kaifa Nata’amul Ma’a as-Sunnah an-Nabawiyah, terj. Muhammad al-Baqir, Bagaimana Memahami Hadis Nabi saw. (Cet.I ; Bandung : Karisma, 1993), h.17.
2. Dalal Muhammad Abu salim, Tarikh as-Sunnah an-Nabawiyah al-Muthahharah (Kairo : Jami’atul Azhar, 2006), h.7.
3. Nasaruddin Umar, Deradikalisasi pemahaman Al-Qur’an dan Hadis (Cet.I ; Jakarta : Rahmat Semesta Center, 2008), h.16.
4. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi Yang Tekstual dan Kontekstual : Telaah Ma’ani al-Hadis tentang Ajaran Islam Yang Universal, Temporal, dan Lokal (Jakarta : Bulan Bintang, 1994), h.6.
No comments:
Post a Comment