Tuesday, March 23, 2010

Mohammad Hatta Sang Proklamator dan Negarawan Sejati

Tuhan terlalu cepat semua
Kau panggil satu-satunya yang tersisa
Proklamator tercinta…

Jujur lugu dan bijaksana
Mengerti apa yang terlintas dalam jiwa
Rakyat Indonesia…

Hujan air mata dari pelosok negeri
Saat melepas engkau pergi…
Berjuta kepala tertunduk haru

Terlintas nama seorang sahabat
Yang tak lepas dari namamu…

Terbayang baktimu, terbayang jasamu
Terbayang jelas… jiwa sederhanamu
Bernisan bangga, berkapal doa
Dari kami yang merindukan orang
Sepertimu…

Dengan lirik yang begitu dalam,Iwan Fals menggambarkan sosoknya yang sederhana,jujur dan bijaksana.Lagu ini tentunya sudah sangat “familiar” ditelinga kita.Yah,Bung Hatta…Sebuah lagu yang khusus dipersembahkan untuk mengenang sosok negarawan,pejuang dan juga merupakan Wakil Presiden Indonesia yang pertama.

Drs.H.Mohammad Hatta atau biasa kita kenal dengan Bung Hatta lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat ,12 Agustus 1902.Putra dari H.Mohammad Djamil.Bung Hatta memiliki enam saudara perempuan dan ia adalah anak laki-laki satu-satunya.

Bung Hatta terlahir dari keluarga relijius.Ia mengawali jenjang pendidikannya di Sekolah Melayu,Bukittinggi.Setelah itu,Bung Hatta melanjutkan pendidikannya di MULO.MULO adalah singkatan dari bahasa belanda: Meer Uitgebreid Lager Onderwijs,yang merupakan sistem pendidikan zaman kolonial Belanda di Indonesia.Kalau masa sekarang,MULO setingkat dengan SMP.Setelah itu,ia melanjutkan studinya di Sekolah Tinggi Dagang di Batavia atau yang sekarang kita kenal dengan Jakarta.Dengan prestasi yang baik,akhirnya pada tahun 1921,Bung Hatta berangkat ke Rotterdam untuk mendalami Ilmu Perdagangan dan menetap di sana selama 11 tahun.

Sejak di MULO,Bung Hatta telah tertarik dengan kegiatan organisasi.Ia merupakan aktivis yang ulung.Salah satu yang diikutinya adalah Jong Sumatranen Bond menjabat sebagai bendahara.Saat itu pula,Bung Hatta telah tertarik dengan dunia sosial politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi idolanya ketika itu ialah Abdul Moeis. “Aku kagum melihat cara Abdul Moeis berpidato, aku asyik mendengarkan suaranya yang merdu setengah parau, terpesona oleh ayun katanya. Sampai saat itu aku belum pernah mendengarkan pidato yang begitu hebat menarik perhatian dan membakar semangat,”kata Bung Hatta dalam Memoirnya. Itulah Abdul Moeis: pengarang roman Salah Asuhan; aktivis partai Sarekat Islam

Selain itu, Bung Hatta juga seorang penulis.Karang-karangannya dimuat di majalah Jong Sumatera.Salah satunya berjudul “Namaku Hindania!”. Di Belanda,ia mendaftar sebagai anggota Indische Vereniging. Tahun 1922, perkumpulan ini berganti nama menjadi Indonesische Vereniging.

Perkumpulan yang menolak bekerja sama dengan Belanda itu kemudian berganti nama lagi menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).Sejak tahun 1926 sampai 1930, berturut-turut Bung Hatta dipilih menjadi Ketua PI. Di bawah kepemimpinannya, PI berkembang dari perkumpulan mahasiswa biasa menjadi organisasi politik yang mempengaruhi jalannya politik rakyat di Indonesia.

Pada tahun 1932, Bung Hatta kembali ke Indonesia dan bergabung dengan organisasi Club Pendidikan Nasional Indonesia yang bertujuan meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia melalui proses pelatihan-pelatihan. Belanda kembali menangkapnya, bersama Soetan Sjahrir, ketua Club Pendidikan Nasional Indonesia pada bulan Februari 1934.Bung Hatta diasingkan ke Digul dan kemudian ke Banda selama 6 tahun.

Pada tahun 1945 secara aklamasi Bung Hatta ditetapkan sebagai wakil presiden Republik Indonesia mendampingi Ir. Soekarno sebagai presiden. Dan saat itu pula,ia memiliki nama besar sebagai Sang Proklamator Kemerdekaan. Selama menjadi Wakil Presiden, Bung Hatta tetap aktif memberikan ceramah-ceramah di berbagai lembaga pendidikan tinggi. Dia juga tetap menulis berbagai karangan dan buku-buku ilmiah di bidang ekonomi dan koperasi. Dia juga aktif membimbing gerakan koperasi untuk melaksanakan cita-cita dalam konsepsi ekonominya. Karena besamya aktivitas Bung Hatta dalam gerakan koperasi, maka pada tanggal 17 Juli 1953 dia diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia pada Kongres Koperasi Indonesia di Bandung. Pikiran-pikiran Bung Hatta mengenai koperasi antara lain dituangkan dalam bukunya yang berjudul Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun (1971).

Setelah Bung Hatta meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden RI, beberapa gelar akademis juga diperolehnya dari berbagai perguruan tinggi. Universitas Padjadjaran di Bandung mengukuhkan Bung Hatta sebagai guru besar dalam ilmu politik perekonomian. Universitas Hasanuddin di Ujung Pandang memberikan gelar Doctor Honoris Causa dalam bidang Ekonomi. Universitas Indonesia memberikan gelar Doctor Honoris Causa di bidang ilmu hukum. Pidato pengukuhan Bung Hatta berjudul “Menuju Negara Hukum”.

Pada tahun 1960 Bung Hatta menulis "Demokrasi Kita" dalam majalah Pandji Masyarakat. Sebuah tulisan yang terkenal karena menonjolkan pandangan dan pikiran Bung Hatta mengenai perkembangan demokrasi di Indonesia waktu itu .Dalam masa pemerintahan Orde Baru, Bung Hatta lebih merupakan negarawan sesepuh bagi bangsanya daripada seorang politikus. Pada tanggal 15 Agustus 1972, Presiden Soeharto menyampaikan kepada Bung Hatta anugerah negara berupa Tanda Kehormatan tertinggi "Bintang Republik Indonesia Kelas I" pada suatu upacara kenegaraan di Istana Negara.

Bung Hatta wafat pada tanggal 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Dr Tjipto Mangunkusumo, Jakarta, pada usia 77 tahun.

No comments:

Post a Comment