Friday, May 21, 2010

Filosofis Muslim : Al-Kindi dan Farabi 3

3. Filsafat al-Kindi tentang ketuhanan.

Dalam masalah ketuhanan, al-Kindi menitikberatkan kepada masalah hakikat tuhan, bukti-bukti keberadaan tuhan dan sifat tuhan.

Menurut al-Kindi tuhan adalah wujud yang hak, tuhan adalah qadim, artinya terdahulu, adanya tidak diawali dengan ketiadaan, tuhan juga mustahil tidak ada, Dia selalu ada, wujudnya sempurna, tidak ada yang mendahului keberadaannya dan tidak ada yang mengakhirinya.

Untuk membuktikan adanya tuhan, al-Kindi memberikan tiga alasan. Sebagai berikut :

a. Tidak ada benda yang ada dengan sendirinya. Tidak mungkin sesuatu menjadi sebab bagi keberadaan dirinya sendiri. Semuanya pasti ada yang menciptakan atau mengadakannya, pencipta itulah Tuhan,
b. Dalam alam tidak mungkin ada keragaman tanpa keseragaman atau sebaliknya. Tergabungnya keragaman dan keseragaman bersama-sama, bukanlah satu kebetulan akan tetapi memilki sebab. Sebab pertama itulah Tuhan.
c. Kerapian dan penataan alam,tak mungkin terjadi tanpa ada yang mengaturnya. Pengatur itulah Tuhan.

Dengan berlandaskan tiga alasan diatas, al-Kindi kemudian membuktikan adanya tuhan melalui tiga cara, yaitu :

a. Hudutsil alam (barunya alam), keberadaan alam memiliki permulaan juga ada yang mendahuluinya. Sesuatu yang mendahului alam pastinya adalah hal yang tidak ada permulaannya dan tidak ada yang menciptakannya. Karena alam ini terbatas dan ada yang menciptakannya. Maka yang menciptakannya itulah Tuhan.

b. Kastrah fil Maujudat (keanekaragaman), keanekaragaman ini pastilah memilki sebab. Dan sebabnya bukanlah alam yang memilki permulaan dan diciptakan, tetapi sebab itu haruslah yang lebih mulia dari alam, lebih tinggi dan tidak didahuli sebab, dia merupakan penyebab segala sesuatu, maka itulah Tuhan.

c. Ibda’ fil Alam (keteraturan alam), alam tidak mungkin teratur dengan sendirinya, akan tetapi ada zat yang mengaturnya, zat yang maha mulia dan itulah Tuhan.

Adapun mengenai sifat-sifat Allah, al-Kindi sepaham dengan Mu’tazilah bahwa Tuhan adalah Esa, maha Tahu, maha Berkuasa, maha Hidup dan lain sebagainya. Untuk membuktikan keesaan Tuhan al-Kindi menjelaskan bahwa Tuhan bukanlah benda, tidak memilIki bentuk, bukanlah merupakan kuantitas dan kualitas, berdiri sendiri, dan bukan gerak.

Keesaan Tuhan adalah Keesaan yang hakiki, dia tunggal dan azali, tidak ada yang mendahului dan tidak memilki akhir, zat yang tidak bergantung pada yang lain dan dialah sebab pertama dari segala sesuatu (first cause).

4. Falsafat al-Kindi tentang Jiwa (an-Nafs)

Dalam mendefenisikan Jiwa, al-Kindi memadukan pendapat Plato dan Plotinus. Menurutnya Jiwa adalah elemen yang memiliki kehormatan dan kesempurnaan, substansinya berasal dari substansi sang pencipta seperti sinar matahari yang berasal dari matahari.

Jiwa menurut al-Kindi berasal dari cahaya (nur) sang pencipta yang tetap kekal setelah kematian. Jiwa akan pindah kealam kebenaran yang didalamnya terdapat nur sang pencipta. Ditempat tersebut dia sangat dekat dengan sang pencipta sehingga mampu mengetahui segala hal yang nyata dan tidak, yang menjadi rahasia dan bukan rahasia. Mengenai hal ini, al-Kindi mendasarkan pendapatnya pada ayat al-Qur’an surat Qaf /50 : 22 :
“Sesungguhnya kamu dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka kami singkapkan darimu tutup (yang menutupi) matamu, sehingga penglihatanmu pada hari itu amat tajam.”

Al-Kindi juga mendefenisikan jiwa sebagai kesempurnaan awal fisik yang bersifat alamiah, mekanistik dan mengalami kehidupan. Pengertian ini diadopsi dari pendapat Aristoteles mengenai jiwa.

Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya al-Kindi lebih condong pada aliran jiwa dari Plato dibanding Aristoteles. Hal ini mungkin disebabkan karena kedekatan aliran Platonisme dengan ajaran Islam yang berpendapat bahwa ruh manusia adalah hembusan dari ruh Allah swt. Dan menganjurkan manusia untuk menahan hawa nafsunya agar dapat menikmati kebahagiaan dunia dan akhirat.

Menurut al-Kindi jika manusia suci dari noda, maka disaat yang sama jiwanya menjadi bening, baik dan mampu mnegtahui semua misteri yang tersembunyi. Oleh karena itu dalam pandangan al-Kindi untuk mengetahui segala sesuatu tidak diperoleh melalui alat indera, tetapi dengan penyucian jiwa dari berbagai noda dan syahwat duniawi hingga dapat menerima emanasi pengetahuan dari sang pencipta.
Jiwa versi al-Kindi ini memilki tiga daya, yaitu : daya hissiah (daya indra), daya imajinasi dan daya rasional.

Al-Kindi adalah filosof Islam yang pertama mendalami persoalan filsafat. Meski diakui bahwa al-Kindi tidak memiliki sistem filsafat yang lengkap, ini tidak membuat jasanya berkurang sebagai orang yang pertama membuka pintu filsafat bagi dunia Arab dan diberinya corak keislaman.

Yang mengagumkan dari sosok al-Kindi adalah dalam meneliti persoalan-persoalan filsafat, al-Kindi tidak sekedar mengutip pendapat Aristoteles dan Plato atau filosof-filosof Yunani lainnya. Meski dia meneliti persoalan filsafat yang sudah pernah dibicarakan sebelumnya, akan tetapi dia tetap mempertahankan kepribadian dan pendapatnya sendiri. Memilah-milah hal yang sesuai dengan pikiran dan kepercayaan agamanya.

Sebagai contoh dalam persoalan jiwa, al-Kindi lebih cenderung pada pendapat Plato dibanding Aristoteles karena pikiran Plato dalam hal ini lebih bersifat idealis dan dekat dengan ajaran Islam. contoh yang lain, Dia menolak pendapat Aristoteles mengenai qadimnya alam karena menurutnya sesuatu yang qadim hanyalah Allah swt. Dialah yang merupakan sebab bagi segala sesuatu.

No comments:

Post a Comment